PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
MANIS (zea mays Sturt)
Oleh
:
DADAN RISWANDI
1004290126
AGROEKOTEKNOLOGI - 3
1004290126
AGROEKOTEKNOLOGI - 3
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah metode penelitian.
Pada
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih :
1.
Orang tua penulis yang
selalu memberi dukungan moral mauoun material
2. Ibu
Ir. Hj. Suryawaty, M.S. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode Penelitian.
3. Bapak
Ir. Bambang Surya Adji Syahputra M. Sc,. PhD. Selaku dosen pembimbing mata
kuliah Metode Penelitian.
4.
Teman-teman yang turut
membantu dalam menyelesaikan tugas mata kuliah metode penelitian.
Saya menyadari bahwa
dalam dapat menyelesaikan tugas mata kuliah metode penelitian ini masih banyak
sekali kekurangan. Untuk itu saya
mengharapkan saran kritik yang bersifat membangun dan tugas mata kuliah
metode penelitian ini bermanfaat bagi
saya dan bagi siapa saja yang membacanya.
Medan,
November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
...................................................................... . i
DAFTAR ISI
..................................................................................... ii
PENDAHULUAN
............................................................................ 1
Latar
Belakang .................................................................. 1
Tujuan
Penelitian ............................................................... 4
Hipotesa
............................................................................ 4
Kegunaan
Penelitian…………………………………….. 4
TINJAUAN
PUSTAKA…………………………………………... 5
BAHAN DAN METODE
................................................................ 11
Tempat Dan Waktu
.......................................................... 11
Bahan Dan Alat................................................................ 11
Rancangan Yang Digunakan
............................................
Metode Penelitin
.............................................................
Pelaksanaan Penelitian...............................................
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sweet corn atau jagung manis sudah
sejak lama dikenal oleh bangsa Indian, Amerika. Hal ini terbukti ketika tahun
1779 Sullivar melakukan ekspedisi melawan Suku Indian. Dalam perjalanannya ia
menemukan ladang jagung manis. Pada tahun 1832, sweet corn telah banyak ditanam
di Amerika
(Subandi, Pabbage dan Zubachtirodin, 2005).
(Subandi, Pabbage dan Zubachtirodin, 2005).
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil
utama tanaman jagung adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan
Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman
jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat
mendukung untuk pertumbuhannya
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Permintaan pasar nasional dan internasional
terhadap jagung manis cenderung meningkat, seiring dengan munculnya negara yang
senantiasa membutuhkan dalam jumlah besar. Potensi tanaman jagung manis tiap
hektarnya yang masih rendah sedang permintaan pasar terus meningkat, sehingga
berbudidaya jagung manis merupakan hal yang tepat dan mempunyai peluang
pasar yang sangat bagus (Purwono dan Hartono, 2005).
Jagung mempunyai peran strategis
perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat
dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Dari seluruh
kebutuhan jagung, 50% antaranya digunakan untuk pakan. Selama ini
jagung banyak digunakan untuk pakan ternak. Padahal jagung juga bisa dijadikan
bioetanol seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Dari kalkulasi sederhana,
jika asumsi bioetanol akan menggantikan 10% kebutuhan BBM dalam negeri yang
mencapai 6 juta x 2,4 ton jagung ton jagung yang berarti 14,4 juta ton
jagung atau setara dengan 3 juta hektar lahan tanaman jagung. Namun
demikian bagi Indonesi kendala utama untuk memproduksi bioetanol dari jagung
adalah bahan baku. Sejauh ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jagung domestik,
Indonesia masih mengimpor (Prihandana dan Hendroko, 2008).
Dalam perekonomian nasional, jagung
penyumbang terbesar ke-2 setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan
jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun,
sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam
perekonomian nasional mencapai Rp. 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat
menjadi 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung
dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional
secara umum (Akil dan Dahlan, 2008).
Mengingat akan
hal tersebut, perlu dilakukan usaha untuk membudidayakan jagung secara intensif
dan komersial, sehingga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksinya pun
dapat memenuhi standart permintaan konsumen (pasar). Caranya dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, misalnya dengan meningkatkan penggunaan pupuk, melakukan
pengaturan jarak tanam atau menggunakan berbagai macam zat pengatur tumbuh untuk
mengaatur petumbuhan dan produktivitas tanaman
(Prabowo, 2007).
(Prabowo, 2007).
Pupuk organik
cair merupakan salah satu yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair
kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar
yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu,
Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa sehingga meningkatkan kemampuan
fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen dari udara (Yusuf,
2010).
Pemberian pupuk
organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan
terhadap tanaman. Dari beberapa beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang
lebih baik dibandingkan dengan pemberian melalui tanah (Dartius, 2001).
Semakin tinggi
dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman
akan semakin tinggi, begitu juga dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi
pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin
tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan
timbulnya gejalah kelayuan pada tanaman (Samekno, 2008).
Berdasarkan
beberapa penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap tanaman jagung yang dibudidayakan dengan perlakuan pengaturan dosis
pemupukan dan interval waktu pengaplikasiannya. Karena diduga sampai batas
tertentu kombinasi antara konsentrasi yang
diberikan dengan frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan merupakan
faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt)
(Yulianti, 2010).
(Yulianti, 2010).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian Pupuk Organik Cair
(POC) SUPERNASA terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays sachhrata Sturt). Serta
interaksi antara konsentrasi pupuk dengan interval waktu pemberian.
Hipotesa
Penelitian
1. Diduga
ada pengaruh konsentrasi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung manis (Zea mays
saccharata Sturt).
2.
Diduga ada pengaruh interval waktu pemberian pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays saccharata
Sturt).
3.
Diduga ada pengaruh interaksi konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt).
Kegunaan
Penelitian
1. Sebagai
bahan acuan dalam penyusunan skripsi sekaligus sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi Starata Satu (S-1) pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhamadiyah Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi para petani yang membudidayakan tanaman
jagung.
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman
jagung diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
:
Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales (graminales)
Family
: Poaceae (graminae)
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L (Rukmana, 2004).
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari
tiga type akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal
tumbuh radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini
tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah.
Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah
dekat permukaan tanah
(Purwono dan Hartono, 2005)
(Purwono dan Hartono, 2005)
Batang tanaman jagung bulat silindris, yang masih muda
berwarna hijau dan rasanya manis karena banyak mengandung zat gula,
beruas-ruas, dan pada bagian pangkal beruas sangat pendek dengan jumlah sekitar
8-20 ruas. Rata-rata panjang tanaman jagung antara satu sampai tiga meter (Rukmana, 2004).
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Selain itu
juga mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun dan
sejajar dengan ibu daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi
untuk membungkus batang tanaman jagung (Prihandana dan Hendroko, 2008).
Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman,
sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina ini yang
biasa disebut sebagai tongkol (Tim Karya Tani, 2010).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun
pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang
bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji
yang melibit secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris
biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm
dan embrio (Warisno, 2007).
Syarat Tumbuh
Curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan
atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan
tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi
optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan
tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya
dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum
antara 50 - 600 m dpl (Prabowo, 2007)
Peranan Pupuk Organik Cair
POC NASA adalah salah satu jenis pupuk organik cair yang merupakan formula
khusus untuk tanaman juga peternakan dan perikanan yang dibuat murni dari bahan
- bahan organik dengan fungsi multi guna yaitu: meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi tanaman serta kelestarian lingkungan
(aspekK-3:Kuantitas-Kualitas-Kelestarian), menjadikan tanah yang keras
berangsur - angsur menjadi gembur. Melarutkan sisa pupuk kimia ditanah (dapat
dimanfaatkan tanaman), memberikan semua jenis unsur makro dan unsur mikro
lengkap, dapat mengurangi penggunaan Urea, SP-36 dan KCl + 12,5% - 25%, setiap
1 liter POC NASA memiliki fungsi unsur hara mikro setara dengan 1 ton pupuk
kandang, memacu pertunbuhan tanaman dan akar, merangsang pengumbian, pembungaan
dan pembuahan serta mengurangi kerontokan bunga dan buah (mengandung hormon/ZPT
Auksin, Giberllin dan Sitokinin), membantu perkembangan mikroorganisme tanah
yang bermanfaat bagi tanaman (cacing tanah, Penicilium glaucum dll),
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit (Wunungga,
2009).
Untuk itu dalam
proses budidaya jagung manis peranan Hormon Organik dan Pupuk Organik Cair juga
menentukan hasil produksi jagung manis. Dengan menggunakan Hormon Organik dan
Pupuk Organik Cair NASA ini dapat memberikan hasil produksi yang lebih baik
daripada hanya menggunakan pupuk kimia yang biasa diberikan oleh petani (Rahmi dan Jumiati, 2007).
Kegunaan
daripada POC NASA adalah sebagai mempercepat proses pertumbuhan tanaman,
memacu dan meningkatkan pembungaan, pembuahan, mengurangi kerontokan bunga dan
buah, membantu pertumbuhan tunas, membantu pertumbuhan akar, memacu pembesaran
umbi serta meningkatkan keawetan hasil panen. Pemberian pupuk lengkap cair POC
NAZA pada tanaman jagung dengan dosis 60 cc/tangki (15 liter air) per 1000 m2
disiramkan 1 - 2 minggu sekali.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Tim Penguji Pupuk Organik Cair (POC) SUPERNASA terhadap tanaman jagung
manis (Zea mays Sachharata)
menunjukkan bahwa hasil tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman
dan pada berat tongkol pertanaman. Untuk analisa usaha taninya yang menggunakan
POC NASA lebih menguntungkan, karena dari segi produksinya lebih tinggi
dibandingkan tanpa menggunakan Hormonik dan POC NASA (Yulianti, 2010).
Interval Waktu
Pemberian Pupuk
Tanaman jagung memerlukan pemupukan yang efektif sehingga pertumbuhannya dari
masa tanam sampai menghasilkan produk dapat meningkat dan berkualitas tinggi.
Maka dalam pemberian pupuk terhadap tanamman jagung perlu mengatur
interval waktu pemberian pupuk, metode dan aplikasi yang baik
(Wunungga, 2009).
(Wunungga, 2009).
Pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk
lengkap cair terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) menunjukkan bahwa pengaruh waktu
penyemprotan pupuk Super ACI berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam, umur tanaman saat keluar bunga jantan,
umur tanaman saat keluar bunga betina, umurtanaman saat panen, panjang tongkol,
diameter tongkol, berat tongkol, dan produksi tongkol. Namun demikian secara
umum hasil penelitian memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa perlakuan waktu
penyemprotan pupuk Super ACI 15, 30 dan 45 hari setelah tanam menghasilkan
tanaman yang lebih tinggi, umur tanaman saat keluar bunga betina dan umur panen
yang lebih cepat, komponen tongkolyang besar dan lebih berat serta produksi
tongkol yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan waktu penyemprotan
pupuk Super ACI 12, 24 dan 42 hari setelah tanam dan perlakuan waktu
penyemprotan pupuk Super ACI 18, 36 dan 54 hari setelah tanam (Rahmi dan
Jumiati, 2007).
Peranan Unsur Hara Bagi Pertumbuhan
Tanaman
Tanaman memerlukan makanan yang
sering disebut hara tanaman (plant nutrient). Tanaman membutuhkan bahan organik
untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara, tanaman
dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan dengan oleh
unsur lain dan apabila terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme
akan terganggu atau berhenti (Dartius, 2001).
Berdasarkan tanaman hidup terdiri atas bahan organik 27 %,
air 70% dan mineral 3%. Analisis kimia menunjukkan bahwa pada tubuh tanaman adanya
berbagai unsur mineral dan beberapa faktor. Faktor tersebut adalah perbandingan
akan unsur hara yang berbeda, ketersediaan dalam medium yang berbeda dan juga
tergantung pada organ tanaman dan umur tanaman (Samekto, 2008).
Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata.
Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi
untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai
daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak
akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata
akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan
daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga
masuk ke dalam jaringan daun (Akil dan Dahlan 2008).
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau
pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan
penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam
setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi
efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada
saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke
daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang
beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu
dan Zn (Yusuf, 2010).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dimulai bulan April
sampai bulan Juli 2011. Dilaksanakan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Amir Hamzah Medan, yang bertempat Jalan William Iskandar
(Pancing), Kecamatan Medan Tembung.
Bahan dan Alat
Bahan : benih jagung manis varietas
sugar 75, pupuk organik cair (POC) NASA, Pupuk Urea, TSP, dan KCl (sebagai
pupuk dasar), Fungisida Dithane M-45, Insektisida Sevin 85 SP, air, serta
bahan-bahan lain yang diperlukan dalam penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cangkul, parang, babat, gembor, tali rafia, tanki, meteran, gunting,
papan sampel, timbangan, kalkulator, alat tulis dan peralatan lain yang
diperlukan dalam penelitian.
Metode
Penelitian
Proposal penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Ranacangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor
perlakuan , yaitu :
a.
Faktor pemberian Pupuk Organik Cair
NASA (N)
N0
= Tanpa perlakuan (kontrol)
N1
= 5 L/Ha (1,13 ml/l air/plot)
N2
= 10 L/Ha (2,26 ml/l air/plot)
N3
= 15 L/Ha (3,39 ml/l air/plot)
b.
Faktor interval waktu pemberian Pupuk
Orgnik Cair NASA (I)
I1
= Aplikasi 1 minggu sekali
I2
= Aplikasi 2 minggu sekali
I3
= Aplikasi 3 minggu sekali
Jumlah kombinasi perlakuan 4 x 3 = 12 kombinasi, yaitu :
N0I1
N0I2
N0I3
N1I1
N1I2
N1I3
N2I1
N2I2
N2I3
N3I1
N3I2
N3I3
Jumlah ulangan
: 3 Ulangan
Jumlah tanaman per plot
: 12 Tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot
: 5 Tanaman
Jumlah plot
percobaan
: 36 Plot
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 150 Tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya
: 432 Tanaman
Luas
plot percobaan
: 150 cm x 100 cm
Jarak antar
plot
: 50 cm
Jarak antar ulangan
: 100 cm
Jarak
tanam
: 25 cm x 50 cm
Data hasil penelitian ini dianalisis
dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan menurut Duncan (DMRT).
Menurut Gomez dan Gomez (1995), model analisis data untuk Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αj
+ βj
+ JK + (βj)jk
+ ∑ijk
Dimana
:
Yijk
= Nilai pengamatan karena pengaruh faktor N blok ke-i pada taraf ke-j dan
faktor I pada taraf ke-k.
µ
= Efek nilai tengah
αi
= Efek dari blok ke-i
βj = Efek dari faktor N pada taraf ke-j
Ik
= Efek dari faktor I pada taraf ke-k
jk
= Pengaruh perlakuan P ke-k
∑ijk = Pengaruh
Galat karena blok ke-i Perlakuan N kej dan perlakuan P
ke-k pada ulangan ke-i
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan
Lahan
Lahan atau areal yang telah diukur dibersihkan dari gulma-gulma dan sisa-sisa
tanaman yang ada. Pembersihan lahan dilakukan secara manual, yaitu dengan
menggunakan alat seperti parang babat, cangkul, serta alat-alat lain yang
mendukung.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali. Pengolahan pertama dengan
mencakul secara kasar kemudian dibiarkan selama 2-3 hari agar gas-gas beracun
yang ada di dalam tanah hilang. Pengolahan kedua penghalusan tanah supaya
didapat tanah yang gembur.
Pembuatan Plot
Pembuatan plot dikerjakan setelah pengolahan tanah selesai, yaitu dengan
membentuk plot-plot penelitian sebanyak 36 plot berukuran 1 m x 1,5 m, dan satu
plot cadangan untuk tanaman sisipan. Adapun 36 plot ini dibagi menjadi 3
ulangan. Dalam pembuatan plot sekaligus dibuat jarak antar ulangan dan jarak
antar plot masing-masing 100 cm dan 50 cm yang juga berfungsi sebagai
pembuangan atau pengaliran air ketika terjadi hujan
Penanaman
Benih
Sebelum
penanaman, dilakukan pemberian pupuk dasar Urea, KCl, dan TSP secara berimbang.
kemuian penanaman dilaukan secara tugalan, yaitu dengan kedalaman tugalan 3 cm,
kemudian setiap lubang diisi dengan 2 benih jagung dan ditutup kembali dengan
tanah. Adapun jarak tanam yang digunakan adalah 25 x 50 cm. Setelah penanaman
benih selesai, dilakukan penyiraman pertama dengan menggunakan gembor secara
merata.
Aplikasi
Pupuk Organik Cair (POC) SUPERNASA
Pengaplikasian ini dilakukan setelah tanam sebelum panen dengan dosisi per
aplikasi 5 tutup botol/tanki. Pemberian pupuk dilakukan pada pagi hari pukul
07.00 – 10.00 WIB atau sore hari pukul 15.00 - 18.00 WIB dengan menggunakan
tanki. Pengaplikasian mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu
setelah tanam sampai pada saat tanaman sudah berbunga.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari selama masa
pertumbuhan tanaman, yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunkan gembor.
Dan apabila terjadi hujan pada malam hari maka penyiraman pada pagi hari tidak
dilakukan, jika hujan terjadi pada siang hari, maka penyiraman sore hari tidak
dilakukan.
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan 7 HST dengan cara meninggalkan satu
tanaman yang pertumbuhannya baik. Sedangkan penyulaman dilakukan apabila
tanaman pada lubang tanam tidak ada yang tumbuh atau mati.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma di sekitar
tanaman. Penyiangan dilakukan satu minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll.
Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut
karena masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
Pembumbunan
Pembumbunan dimaksudkan untuk memperkokoh berdirinya
tanaman dan mendekatkan unsur hara. Pembumbunan dilakukan secara bersamaan
dengan penyiangan ke 2 yaitu pada umur 42 HST.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Penggunaan pestisida hanya
diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses
produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida Sevin 85 SP.
Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan
tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih
efisien.
Panen
Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 95-100 hst,
dimana pada saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis
dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah mengering(menguning), bila kelobot
dibuka biji sudah tampak kisut 100%.
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari
pangkal tumbuh tanaman pada permukaan tanah yang sudah ditandai dengan
menggunakan patok standart sampai pada ujung daun tertinggi. Pengukuran dimulai
pada saat tanaman berumur 2 MST sampai muncul bunga jantan, dengan interval
waktu pengukuran 1 minggu sekali.
Jumlah
Daun
Pengamatan atau penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah membuka
sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai tanaman
mengeluarkan bunga jantan, dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali.
Panjang
Tongkol
Pengukuran panjang tongkol dilakukan setelah panen, yaitu setalah tongkol
dipisahkan dari kelobotnya (dikelupas). Pengukuran dilakukan dari pangkal
sampai ujung tongkol dengan menggunakan meteran atau sejenisnya.
Berat
Tongkol Per Plot
Penghitungan dilakukan dengan menimbang seluruh tanaman jagung pada tiap-tiap
plot, yaitu dengan meggunakan alat timbangan.
Produksi
Per Plot
Penghitungan produksi per plot dilakukan dengan menimbang seluruh tanaman
jagung pada tiap-tiap plot. Penimbangan buah jagung dilakukan dengan kondisi
buah jagung masih utuh, yaitu dalam kondisi seperti jagung baru dipanen dari
tanamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Akil, M., dan Dahlan, H. A., 2008. Budidaya Jagung dan Desimini Teknologi. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. nhttp://www.docstoc.com/docs/20905979/Wilayah-Produksi-dan-Potensi
Pengembangan-Jagung/05/04/2011.
Dartius, 2001. Diktat Panduan Kuliah
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Prabowo, A. Y., 2007. Teknis
Budidaya : Budidaya Jagung. http://teknis- budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung.html/07/04/2011
Prihandana, R., dan Hendroko, R.,
2008. Energi Hijau Pilihan Bijak Menuju Negeri Mandiri
Energi. Penebar Swadaya. Bogor.
Purwono, M.S, dan Hartono, R. 2005. Bertanam
Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Bogor.
Rahmi, A., dan
Jumiati, 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis.
Fakultas Pertanian
Universitas Tujuh
Belas Agustus 1945 Samarinda
Rukmana, R.,
2004. Botani Jagung dalam Artikel TANI MUDA. http://wahyuaskari.wordpress.com/akademik/botani-jagung/05/04/2011.
Samekto R, 2008. Pemupukan. PT.
Citra Aji Parama Yogyakarta. Penerbit KANISIUS.
Yogyakarta
Subandi,
Pabbage, dan Zubachtirodin, 2005. Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung, dalam penelitian
Warsana dengan Judul Analisis dan Efisiensi
Keuntungan Tani Jagung.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010.
Pedoman Bertanam Jagung. CV. Nusantara Aulia. Bandung.
Warisno, 2007. Jagung Hibrida.
Kanisius. Yogyakarta.
Wunungga, 2009.
Pengaruh Macam dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Lengkap Cair Terhadap Pertumbuhan
dan Bibit Kakao (Theobroma cacao L). http://freedom-wunungga.blogspot.com/2009/11/penelitian-pengarauh- macam-dan-interval.html.
07/04/2011
Yulianti, D., 2010. Pengaruh
Hormon Organik dan Pupuk Organik Cair (POC) Super Nasa Terhadap Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt). http://penelitian-organik-penelitian.blogspot.com/2010/03/pengaruh-hormon- organik-dan-pupuk.html.05/04/2011.
Yusuf, T., 2010. Pemupukan dan
Penyemprotan Lewat Daun. Tohari Yusuf’s Pertanian
Blog. http://tohariyusuf.wordpress.com/